Minggu, 02 Oktober 2016

Yunani Kuno: Monoisme dan Dualisme

Monoisme


Monoisme merupakan aliran psikologi yang melihat bahwa dunia hanya memiliki satu kesatuan jiwa dan badan adalah satu subtansi manusia yang tidak dapat dipisahkan.

Asal kata dan pengertian Mono secara historis berakar pada pengajaran filosofis Hellenik dari Pythagoras. Mono berasal dari kata Yunani yang berarti tunggal dan tidak berbagi.

Monoisme sering dilihat sebagai terbagi tipe dasar diantaranya:
1) Monoisme Substansial; yang percaya adanya satu substansi
2) Monoisme Atribut; yang percaya bahwa walau hanya ada satu substansi, tapi ada banyak realita individual berbeda dalam kategori.
3)Monoisme Absolut; yang percaya bahwa hanya ada satu substansi dan hanya satu realita. Monisme absolut, dengan demikian menjadi jenis ideal.

Monoisme lebih jauh ditetapkan berdasarkan tiga jenis yaitu:
1) Idealisme; fenomenalisme, atau monisme mentalistik yang menganggap hanya budi yang nyata.
2) Monisme netral; yang beranggapan bahwa mental dan fisik dapat direduksi menjadi sejenis substansi atau energi ketiga
3) Materialisme; yang percaya bahwa hanya materi yang nyata, dan mental dapat direduksi menjadi fisik.

Filsuf masa lalu diantaranya;
1) Thales (624-548 SM); bapak filsafat, jiwa = super natural, jadi tidak ada; yang ada natural phenomena = berasal dari air.
2) Anaximander (611-546 SM); asal segala sesuatu = apeiron (the boundless, formless, immortal matter)
3) Aniximenes (490-430 SM); segala sesuatu berasal dari udara.
4) Empedocles (490-430 SM); 4 elemen dasar alam (bumi/tanah, udara, api, air) dan manusia (tulang/otot/usus, fungsi hidup, rasio, cairan tubuh)
5) Hipocrates (460-375 SM); tipologi kepribadian dan cairan tubug; (1) sanguine-darah, (2) melankholik-sumsum hitam, (3) kholerik-sumsung kuning, (4) phlegmatik-lendir.

Dualisme

Dualisme merupakan aliran psikologi yang melihat bahwa antara jiwa dan badan adalah dua substansi yang berbeda tetapi bergerak beriringan dalam mempengaruhi manusia. Jiwa dan badan mempunyai caranya masing-masing dan bergerak beriringan dalam diri manusia.

Socrates (450-399 SM); 
Ia merupakan guru dari Plato. Socrates membahas politik, ekonomi, dan ilmu sosial lainnya, Socrates dapat dikatakan sebagai ilmuwan sosial yang pertama kali ada di dunia. Socrates tidak secara gamblang membahas ilmu psikologi, tetapi ada sejumlah argumen yang diberikan oleh Socrates dimana pada masa ia hidup, Socrates pernah tenatang psyche dan perkataan itu memiliku kemiripan dengan perkembangan ilmu psikologi modern. Socrates melihat bahwa psyche manusia. yang diartikan jiwa atau roh manusia akan meninggalkan tubuh pada saat manusia mati sebagai sebuah bayangan dan menuji pada Hades. salah satu dewa yang ada di dalam masa Yunani Kuno. Socrates tidak secara langsung berbicara ilmu psikologi, tetapi ada point pernyataan Socrates yaitu "know thyself". Hal ini belum digunakan dalam ilmu psikologi, sampai pada zaman pertengahan dimana St. Agustinus menggunakan istilah tersebut.

Plato (427-374 SM);
Plato merupakan seorang pengikut aliran dualism melihat bahwa ide merupakan bagian yang terpisah dari badan manusia. Seperti Socrates, Plato juga berbicara psyche atau jiwa. Tetapi psyche yang dimaksud oleh Plato adalah moral manusia, pikiran, dan perilaku manusia yang menjadi sumber dari berbagai perilaku. Plato percaya jika jiwa seseorang merupakan hal yang tidak terbatas dan abadi. Pada zaman ini dapat dilihat bahwa pemikiran para filsuf sangat konseptualis. Sehingga apa yang mereka pikirkan, itulah yang mereka anggap benar sehingga konsep tentang jiw atau psyche ini merupakan hal yang menurut kita prinitif pada saat ini.

Aristoteles (324-322 SM);
Aristoteles dapat dikaitkan sebagai 'the first real psychologist' karena caranya dalam menjelaskan isu psikologi dengan cara keilmuwan. Psiokologi adalam Aristoteles dapat ditemukan di dalam dua buah bukunya yaitu de Anima dan Parva Naturalia. Untuk mengetahui psikologi dalam Aristoteles. kita harus melihat pendapatnya tentang dunia metafisik. Aristoteles membagi hal ini kedalam dua bagian yaitu form dan matter Berbeda dengan ide plato, Aristoteles melihat hal ini merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Form tidak ada tanpa matter, begitu juga sebaliknya. Sehingga dalam hal ini kedua hal tersebut saling mempengaruhi dan berkaitan.

Referensi: https://kuliahfilsafat.com/2014/01/20/filsafat-ilmu-dan-ilmu-psikologi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar