Wilhelm Wundt (1832-1920)
Lahir pada 16 Agustus 1832 - Meninggal pada 31 Agustus 1920 pada umur 88 tahun) ia adalah seorang dokter, psikolog, fisiolog, dan profesor. di tahun 1857 ia adalah seorang dosen faal di Heidelberg, 1874 ia adalah seorang Profesor Filsafat di Zurich dan Leipzig, dan pada tahun 1879 ia mendirikan Laboratorium psikologi di Leipzig. Wilhelm Wundt sekarang terkenal dengan sebutan penemu psikologi modern. Ia dianggap sebagai bapak psikologi eksperimental. Wilhelm Wundt mendirikan Laboratorium psikologi pertama untuk riset psikologi di Universitas Leipzig, Jerman, pada tahun 1879. Yang menandai bahwa awal psikologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Laboratorium Leipzig pada 1879 Mahasiswa pertama mengadakan penelitian dengan Wilhelm Wundt, selanjutnya pada tahun 1883 "psikologi eksperimen" dijadikan m.k. resmi, dan selanjutnya pada tahun 1894 "institute of Experimental Psychology" diakui secara resmi. Selain dikenal sebagai pendiri psikologi modern, Wilhelm Wundt dianggap juga sebagai "bapak psikologi eksperimental". Wilhelm Wundt juga membedakan antara perbedaan Psikologi dan fisika. Menurutnya Psikologi ialah; Immediate Experience, Data Pheonomenal, Introspeksi (Selbs-beobachtung), dan Mental laws. Sedangkan menurut Wundt Fisika ialah; Mediate Exp. (matter), Data Konseptual, Tidak Ada intropeksi, Physical laws. Sebagai tokoh Psikologi Eksperimental, Wilhelm Wundt memperkenalkan metode Intropeksi yang digunakan dalam eksperimen-eksperimennya. Wilhelm Wundt juga dikenal sebagai tokoh penganut struktualisme karena Wundt mengemukakan bahwa suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa itu terdiri dari berbagai elemen (Elementisme) dan ada mekanisme terpenting dalam jiwa yang menghubungkan elemen-elemen kejiwaan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu struktur kejiwaan yang utuh yang disebut juga dengan sebutan Asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga dianggap sebagai tokoh Asosianisme.
Sistematika Psikologi menurut Wilhelm Wundt terdiri dari 3 periode sebagai berikut:
1). 1860: periode pra-sistimatik. Mengemukakan teori-teori yang bertentangan persepsi serta perbedaan antara perasaan ("feeling") dan penginderaan ("sensation")
2). 2874-1887: periode elementisme, sensationalisme dan asosianisme, Jiwa digambarkan sebagai berbagai elemen yaitu: penginderaan, perasaan, dan sebagainya yang satu sama lain dihubungkan dengan asonsiasi.
3). 1896: Periode Empirisme, mengajukan teori 3 dimensi dari perasaan yaitu:
(1) lust - unlust = senang/tak senang = pleasantness/unpleasantness,
(2) spannung - losung = tegang/tak tegang = strain/relaxation,
(3) erregung - beruhigung = semangat/tenang = excitement/calm.
1902 - 1903:
-Apersepsi : Setiap rangsang yang sampai ke indera manusia selalu dipersepsikan, tetapi sebagian saja dari rangsang itu yang dipersepsikan, yaitu yang hanya diberikan perhatian khusus saja. Jadi dalam apersepsi terdapat unsur kesengajaan dari kesadaran.
-Volker: Psychologie : buku yang berisi tentang "Higher mental process", yang bisa menyebabkan manusia bisa bertingkah laku secara seragam dan teratur yang pada akhir teori ini berkembang menjadi teori psikologi sosial.
Beberapa mahasiswa Wundt:
-Emil Kraeplin (Jerman, 1878)
-Hugo Munsterberg (Jerman, 1885)
-James McKeen Cattel (AS, 1886)
-Oswald Kulpe (Jerman, 1887)
-Frank Angell (AS, 1891)
-Edward B. Titchener (Inggris, 1892)
-Federico Klesow (Jerman-Italia, 1894)
Edward Bradford Titchener (1867-1927)
Ia adalah murid Wundt, yang diserahkan tanggung jawab terhadap laboratorium psikologi yang masih baru di Universitas Cornell, Amerika Serikat. Selanjutnya Edward Titchener memperluaskan pandangan Wilhel Wundt dan kemudian menjadi pemimpin satu gerakan yang disebut Struktuarilisme. Saran-saran dari Edward Titchener; Psikolog seharusnya mempelajari kesadaran manusia, terutama aspek penginderaannya. dan Psikolog seharusnya menganalisis proses mental ke dalam elemen-elemen sedemikian rupa, sehingga dapat menemukan kombinasi-kombinasinya serta hubungan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian akan dapat diketahui dimana letak struktur saling berhubungan dalam sistem syaraf.
Hermann Ebbinghaus (1850-1909)
Ia adalah seorang profesor. Merupakan salah satu pelopor serta pendiri Psikologi Eksperimen. Hermann Ebbinghaus merupakan orang yang pertama kali melakukan penilitian eksperimental tentang proses belajar dan ingatan (memory). Dari eksperimennya, Hermann Ebbinghaus membuat kurve ingatan yang juga dikenal sebagai Kurve Retensi dari Ebbinghaus. Hukum Ebbinghaus menurutnya ialah "Makin banyak hal yang harus dipelajari, makin banyak pula waktu yang diperlukan untuk mempelajari secara sebanding" Proses mengingat dan proses lupa terjadi secara otomatis (dengan sendirinya) dan mekanistis. Hermann Ebbinghaus dikenal sebagai salah satu pelopor Psikologi Eksperimen, seperti Wilhelm Wundt dan juga memberikan sumbangan kepada psikologi dalam Psiko-Fisik, ingatan dan persepsi visual. Hermann Ebbinghaus mengatakan bahwa, persepsi menimbulkan jejak-jejak tertentu pada otak seperti lensa kamera.
George Elliah Muller (1850-1934)
George Muller mengembangkan karya Ebbinghaus tentang ingatan. Ia mengemukakan The Right Associative Procedure (prosedur asosiatif yang benar) yaitu proses mengingat dan lupa tidak semata-mata mekanistis dan otomatis, tetapi ada unsur aktifitas dari individu yang bersangkutan. Menurut George Muller proses mengingat adalah aktif karena ada unsur Asosiasi. Hal-hal yang diasosiasikan akan lebih mudah diingat. Proses lupa juga aktif. Terdapat unsur "Hambatan Retroaktif" - Rangsang yang datang kemudian akan menghambat ingatan terhadap hal yang ada lebih dahulu. George Muller menggunakan data obyektif dan hasil intropeksi sebagai bahan studinya.
Oswald Kulpe (1862-1915)
Oswald Kulpe awalnya adalah seorang sejarawan, kemudian tertarik pada Psikologi setelah belajar pada Wilhelm Wundt dan George Muller. Oswald Kulpe meletakkan dasar-dasar studi tentang proses berfikir. Bahwa proses berfikir yang tinggi tidak terkait pada penginderaan. Proses berfikir lebih tinggi (Higher mental process) ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi yaitu; bahasa, mitos, kebiasaan (custom), dan budaya. Ia berpendapat bahwa pikiran tidak terikat pada penginderaan, maka orang sering tidak menyadari apa yang terjadi selama berpikir dan orang tersebut tidak dapat menceritakan kembali tahap-tahap proses berpikir dalam dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar