Minggu, 30 Oktober 2016

Psikologi Analisis (Psikoanalisis)

Psikologi Analisis biasa disebut juga dengan kata Psikoanalisis. Psikoanalisis merupakan ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya. Sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Tujuan dari psikologi analisis ialah untuk menyadarkan individu dari konflik yang tidak disadari serta mekanisme pertahanan (defense mechanism) yang digunakan untuk mengembalikan kecemasan,

Psikologi analisis memiliki tiga penerapan diantaranya ialah;
1). suatu metode penelitian dari pikiran,
2). suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3). suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.

Sigmund Freud membagi mind ke dalam Consciousness, Preconsciousness dan Unconsciousness. Dari tiga aspek kesadaran.

1). Consciousness: hanyalah bagian kecil dari mind, tetapi merupakan satu-satunya bagian yang              memiliki kontak langsung dengan realitas.
2). Preconsciousness: berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan            atau ide yang dapat diakses kapan saja.
3). Unconsciousness: merupakan paling dominan  dan paling penting dalam menentukan perilaku            seseorang. Di dalam teori tersebut tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan              instink.


Menurut Sigmund Freud kepribadian itu terdiri dari tiga element. ketiga unsur kepribadian itu adalah id, ego, dan superego. 

Tiga Unsur kepribadian menurut Sigmund Freud;

1). Id: Id merupakan satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak kita lahir. Menurut Sigmund Freud Id merupakan sumber segala energi psikis. Id didorong dengan prinsip                   kesenangan yang berusaha untuk kepuasan segera dari keinginan , keinginan dan kebutuhan.               Apabila kebutuhan ini tidak puas langsung, maka hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan.

2). Ego: Ego merupakan komponen kepribadian yang bersifat bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Sigmund Freud, Ego itu berkembang dari Id dapat dinyatakan dengan cara yang dapat diterima di dalam dunia yang nyata. Fungsi Ego adalah baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar.

3). Superego: Menurut Sigmund Freud Superego merupakan komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian. Superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan juga masyarakat. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.



Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis
http://www.nuraminsaleh.com/2012/12/tokoh-tokoh-psikoanalisis.html
http://belajarpsikologi.com/struktur-kepribadian-id-ego-dan-superego-sigmund-freud/

    Minggu, 16 Oktober 2016

    Sejarah perkembangan psikologi di Indonesia

    Tokoh-tokoh:

    M. Nasroen (1907-1968)

    M. Nasroen adalah seorang sarjana Indonesia di bidang filsafat. Ia terkenal karena telah diidentifikasi dan diklasifikasikan filsafat Indonesia sebagai terpisah dan berbeda dari filsafat Barat dan Timur. Ia mencapai puncak karir filosofisnya ketika ia dipilih sebagai profesor emeritus filsafat di Universitas Indonesia. Ia juga berpendapat bahwa hasil dari filsafat dalam kenyataan adalah budaya, Pancasila adalah pandangan hidup Indonesia, sebelum Indonesia memeluk agama. Tuhan telah mengilhami Indonesia membaca alam. 


    Soenoto (1929)

    Ia merupakan pengkaji filsafat Indonesia generasi kedua di era 1980-an. Pendidikan filsafat pertama kali diperoleh dari Universitas Gajah Mada (Sarjana dan Magister Ilmu Sosial dan Politik) lalu Vrije Universiteit Amsterdam (Dokter Ilmu Sosial dan Politik). Ia telah menelusuri berbagai tradisi kefilsafatan jawa.

    R. Parnomo (1952)

    Ia menempuh jenjang pendidikan kefilsafatan di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (Sarjana Filsafat) lulus pada 1976, ia meneruskan pendidikan program pasca-sarjana jurusan Filsafat Indonesia di UGM. Setelah memperoleh gelar Magister. Ia diterima Dosen Filsafat di UGM, dan pernah menjadi Sekretaris Jurusan pada jurusan Filsafat Indonesia yang dirintisnya bersama-sama dengan Soenoto. Selain mengajar, ia juga salah seorang anggota Peneliti Filsafat Pancasila (1975-1979) di Dephankam. Ia berpendapat bahwa pandangan hidup itu dapat dikaji dari khazanah budaya dan Hasil real dari filsafat adalah kebudayaan.


    Jakob Soemardjo (1939)

    Karir kefilsafatannya dimulai ketika ia menulis kolom di harian kompas, pikiran rakyat, suara karya, suara pembaruan dan majalah prisma, basis, dan horison sejak tahun 1969. Sejak 1962 mengajar di Fakultas Seni Rupa Desain di Institut Teknologi Bandung dalam mata kuliah Filsafat seni, antropologi seni, sejarah teater, dan sosiologi seni. Ia merupakan ringkasan sejarah kerohanian Indonesia dan seorang Filsafat Malam.


    Psikologi Modern Indonesia.

    Indonesia sebagai negara berkembang, psikologi di Indonesia dibutuhkan dalam bidang kesehatan, bisnis, pendidikan, politik, permasalahan sosial, dan lain-lain. Dengan demikian, Indonesia diperlukan penelitian psikologi mengenai basic nature di Indonesia. Di sisi lain, terdapat berbagai kendala seperti dana dan sumber daya manusia yang sangat terbatas. Komunitas sosial berbagai Institusi dam pemerintah sendiri yang semakin membutuhkan psikologi sebagai ilmu terapan juga tidak mampu menyediakan dana dan sarana yang memadai untuk penelitian. Indonesia juga menghadapi masalah yang dihadapi oleh psikologi di Barat. Asal usul yang sangat luas, definisi yang bervariasi, teori dan metodologi yang saling bertentangan, dan aplikasi yang sangat luas dan beragam. Guru besar, staf pengajar, dan praktisi menggunakan pendekatan, teori, dan metodologi yang berbeda pula dalam melihat suatu masalah yang sama. Hal ini menimbulkan kebingungan pada masyarakat awam. mengingat masyarakat Indonesia belum dapat menerima sesuatu dari berbagai sudut pandang seperti halnya di negara barat. Masyarakat Indonesia masih cenderung mengharapkan psikologi sebagai suatu ilmu pasti yang dapat memberikan jawaban dan penyelesaian yang pasti bagi berbagai permasalahan seperti halnya, ilmu kedokteran. Psikologi diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1952 oleh Slamet Iman Santoso, profesor psikiatri di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Pada pidato pengukuhannya sebagai profesor, Slamet menceritakan pengalamannya dengan pasien-pasiennya yang kebanyakan anggota militer dan pegawai pemerintah yang mengalami gangguan psikosomatis karena tidak mampu menjalani pekerjaan barunya setelah Indonesia mengambil alih kepemerintahan dari colonial Belanda pada tahun 1950. Menurut Slamet, psikiatri membutuhkan ilmu psikologi untuk menjelaskan potensi manusia guna menyeleksi orang yang tepat pada tempat yang tepat. Pada 1950-an terdapat juga beberapa psikolog yang dikirim oleh para TNI dan pemerintah untuk menjalani pendidikan psikologi di Belanda dan Jerman. Sekembalinya di Indonesia mereka yang dikirim oleh TNI kemudian ditempatkan di pusat Psikologi untuk Angkatan Darat dan Angkatan Udara di Bandung, sedangkan yang lainnya ditempatkan di Jakarta dan menjadi staff di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Pada awalnya, psikologi di Indonesia dikaitkan erat dengan psikologi klinis dan psikoanalisis dan banyak menggunakan teknik proyeksi serta tes IQ untuk tujuan psikodiagnostik. Namun sejak tahun 1960-an behaviorisme menjadi lebih popular dengan adanya konstruksi tes dan metode-metode kuantitatif. Saat ini, walaupun metode kuantitatif banyak digunakan, namun banyak pula yang memilih untuk tetap menggunakan metode kualitatif untuk menganalisa.


    Tokoh-tokoh psikolog di Indonesia:
    1). Prof. Dr. Slamet Iman Santoso
    2). Prof. Dr. Fuad Hassan
    3). Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono
    4). Prof. Dr, Hamdi Muluk, M.Si. Seto Mulyadi
    5). Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat



    Minggu, 09 Oktober 2016

    Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal

    Ilmu Faal

    Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal mulai muncul pada abad ke-19 seiring dengan kemajuan ilmi alam (Natural Science). Pada fase ini pemikiran tentang manusia terus berkembang dan banyak dilakukan eksplorasi fisiologis manusia secara empiris, Pada fase inilah mulai ada jawaban yang empirik dan ilmiah dari pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di masa lalu:

    Bagaimana hubungan body-soul?

    Bagaimana bentuk konkritnya?

    Bagaimana mengukurnya?

    Riset empirik yang banyak dilakukan pada bidang fisiologis mencakup : aktifitas syaraf, sensasi/penginderaan, dan fisiologis otak.
    Bagi psikologi hasil-hasil ini memberi jalan untuk membangun dasar fisiologis bagi operasi-operasi mental.
    Menjelaskan posisi Ilmu psikologi modern yang dekat dengan bidang kedokteran dan psikatri.

    Sir Charles Bell (1774-1842)

    Sir Charles Bell terkenal sebagai seorang ahli bedah, ahli atonomi dan ahli ilmu faal.
    Ia telah menemukan berbagai penemuan yang diantaranya ialah;
    1). Menemukan susunan syaraf, yang dinamakan susunan syaraf Bell - Magendie (karena juga ditemukan oleh Magendie)
    2). Dalam tubuh manusia terdapat dua macam syaraf: sensoris dan motoris.
    3). Indera kinestetis, keseimbangan, pengecap, pendengaran.


    Francois Magendie (1783-1855)

    Francois Magendie telah menemukan berbagai penemuan diantaranya ialah;
    1). Selain menemukan syaraf sensoris dan motoris juga menemukan syaraf majemuk.
    2). Menemukan hukum the law of forward direcion - hukum satu arah dalam susunan syaraf (kondisi dalam syaraf secara normal hanya berjalan searah), yang didasarkan pada konsep refleks.


    Marshall Hall

    Marshall Hall adalah seorang dokter, yang berasal dari Skotlandia
    Ia telah menemukan penemuan yang diantaranya;
    1). Meneliti tentang refleks
    2). Membedakan empat jenis gerak tubuh;
         A). Gerakan yang dikehendaki (voluntary movement).
         B). Gerakan pernafasan (respiratory movement).
         C). Gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary movement).
         D). Gerakan refleks.


    Fritz & Hitzig

    Fritz dan Hitzig menemukan beberapa penemuan yaitu;
    1). Cortex Cerebri
    2). Gyrus Centralis Posterior (sensoris)
    3). Sulcus Centralis Rolandi
    4). Gyrus Centralis Anterior (motoris)


    Johannes Peter Muller (1801-1858)

    Ia merupakan seorang ahli ilmu faal dan termasuk yang mula-mula menggunakan metode eksperimental dalam lab.
    Penemuan-penemuannya ialah;
    1). Hukum "energi spesifik" : Pada setiap Indera hanya terjadi satu jenis penginderaan.
    2). Hukum energi spesifik dapat menerangkan berbagai gejala dalam penginderaan, misalnya; gejala panas dingin paradoks (paradoxical cold and heat)


    Paul Broca (1824-1880)

    Paul Broca ialah sorang dokter yang berasal dari jerman.
    ia memiliki penemuan-penemuan;
    1). Menemukan bahwa di otak terdapat Pusat Bicara yang dinamakan "Pusat Broca"
    2). Apabila terjadi gangguan di "frontal convultion" (belahan otak sebelah kiri) - sebagai pusat bicara atau disebut menderita Aphasia
    3). Orang pertama yang menemukan perbedaan fungsi antara otak kanan dan otak kiri.


    Gustav Theodor Fechner (1801-1887)

    Gustav Theodor Fechner merupakan seorang dokter dan ahli fisika dan pelopor psikologi eksperimen. Ia telah menemukan penemuan;
    1). Jiwa dikaitkan identik dengan badan.
    2). Menggunakan metode eksperimen.
    3). Hukum Weber-Fechner: 
         Kenaikan rangsang akan diikuti sebanding dengan kenaikan penginderaan. Dengan demikian              kalau kita ketahui kekuatan rangsang, maka akan diketahui pula besarnya penginderaan.


    Herman Ludwig Ferdinand Von Helmholtz (1821-1894)

    Ia dikenal juga sebagai pelopor Psikologi Eksperimen dan seorang dokter ahli bedah di Berlin. Penemuan-penemuannya ialah;
    1). Mengadakan penyelidikan mengenai penginderaan, khususnya mengenai penglihatan warna.
    2). 'Unbewusster schluss', bahwa pengamatan kita sekarang dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, sehingga tidak sesuai dengan objeknya lagi.
    3). Tahun 1850, menghitung kecepatan konduksi impuls-impuls cahaya dalam syaraf.
    4). Tahun 1863, menulis buku Psychologi of Tone atau 'Psikologi Nada' tentang faal dan psikologi dari pendengaran serta mengenai harmoni dan musik.


    Sir Francis Galton (1822-1911)

    Francis Galton adalah seorang dokter, matematikawan, dan ahli geografi, dan keponakan dari Sir Charles Darwin.
    Ia menemukan penemuan-penemuan:
    1). Salah seorang yang menemukan teknik psikometri adalah untuk mengukur taraf intelegensi.
    2). Memberi sumbangan dalam bidang metodologi psikologi; Sumbangan dalam metodologi                    psikologi:
         A). Penggunaan kuesioner dalam meneliti imajinasi visual.
         B). Menemukan tes asosiasi kata (word association test)
         C). Menemukan teknik korelasi dalam statistik, hukum penyebaran normal.
         D). Bahwa ciri-ciri psikologis dapat diturunkan.


    Emil Kraeplin (1856-1926)

    Emil Kraeplin merupakan dokter berkebangsaan Jerman dan ia adalah Bapak Psikologi Klinik.
    Penemuan-Penemuan:
    1). Melakukan pengolongan-penggolongan mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis, yang        terdiri atas: dimentia praecox dan manik depresif.
    2). Etiologi (penyebab) penyakit kejiwaan tidak terletak pada jiwa seseorang melainkan disebabkan        oleh faktor biologis, misal; kelainan otak, kelainan metabolisme, gangguan pada kelenjar-kelenjar,      atau faktor bawaan.
    Yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikatri, yaitu tes psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Contoh tes; Tes Kreaplin. Pelopor psikofarmakologi, yaitu; mempelajari pengaruh-pengaruh obat-obatan, alkohol, narkotik, dan sebagai berikut terhadap tingkah laku manusia.


    Ernst Kretschmer (1888-1964)

    Ernst Kretschmer merupakan seorang guru besar psikiatri dan neurologi. Bukunya yang terkenal ialah Koperbau und character (Fisik dan Karakter, 1921). Ia telah menemukan beberapa penemuan-penemuan:
    1). Psikopatologi pada anak dan remaja
    2). Metode-metode baru dalam psikoterapi dan hipnotisme
    3). Penelitian tentang perilaku kriminalitas.

    Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri

    Wilhelm Wundt (1832-1920)

    Lahir pada 16 Agustus 1832 - Meninggal pada 31 Agustus 1920 pada umur 88 tahun) ia adalah seorang dokter, psikolog, fisiolog, dan profesor. di tahun 1857 ia adalah seorang dosen faal di Heidelberg, 1874 ia adalah seorang Profesor Filsafat di Zurich dan Leipzig, dan pada tahun 1879 ia mendirikan Laboratorium psikologi di Leipzig. Wilhelm Wundt sekarang terkenal dengan sebutan penemu psikologi modern. Ia dianggap sebagai bapak psikologi eksperimental. Wilhelm Wundt mendirikan Laboratorium psikologi pertama untuk riset psikologi di Universitas Leipzig, Jerman, pada tahun 1879. Yang menandai bahwa awal psikologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Laboratorium Leipzig pada 1879 Mahasiswa pertama mengadakan penelitian dengan Wilhelm Wundt, selanjutnya pada tahun 1883 "psikologi eksperimen" dijadikan m.k. resmi, dan selanjutnya pada tahun 1894 "institute of Experimental Psychology" diakui secara resmi. Selain dikenal sebagai pendiri psikologi modern, Wilhelm Wundt dianggap juga sebagai "bapak psikologi eksperimental". Wilhelm Wundt juga membedakan antara perbedaan Psikologi dan fisika. Menurutnya Psikologi ialah; Immediate Experience, Data Pheonomenal, Introspeksi (Selbs-beobachtung), dan Mental laws. Sedangkan menurut Wundt Fisika ialah; Mediate Exp. (matter), Data Konseptual, Tidak Ada intropeksi, Physical laws. Sebagai tokoh Psikologi Eksperimental, Wilhelm Wundt memperkenalkan metode Intropeksi yang digunakan dalam eksperimen-eksperimennya. Wilhelm Wundt juga dikenal sebagai tokoh penganut struktualisme karena Wundt mengemukakan bahwa suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa itu terdiri dari berbagai elemen (Elementisme) dan ada mekanisme terpenting dalam jiwa yang menghubungkan elemen-elemen kejiwaan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu struktur kejiwaan yang utuh yang disebut juga dengan sebutan Asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga dianggap sebagai tokoh Asosianisme. 

    Sistematika Psikologi menurut Wilhelm Wundt terdiri dari 3 periode sebagai berikut:

    1). 1860: periode pra-sistimatik. Mengemukakan teori-teori yang bertentangan persepsi serta perbedaan antara perasaan ("feeling") dan penginderaan ("sensation")

    2). 2874-1887: periode elementisme, sensationalisme dan asosianisme, Jiwa digambarkan sebagai berbagai elemen yaitu: penginderaan, perasaan, dan sebagainya yang satu sama lain dihubungkan dengan asonsiasi.

    3). 1896: Periode Empirisme, mengajukan teori 3 dimensi dari perasaan yaitu: 
          (1) lust - unlust = senang/tak senang = pleasantness/unpleasantness,
          (2) spannung - losung = tegang/tak tegang = strain/relaxation,
          (3) erregung - beruhigung = semangat/tenang = excitement/calm.
          
          1902 - 1903:
          -Apersepsi : Setiap rangsang yang sampai ke indera manusia selalu dipersepsikan, tetapi sebagian         saja dari rangsang itu yang dipersepsikan, yaitu yang hanya diberikan perhatian khusus saja. Jadi         dalam apersepsi terdapat unsur kesengajaan dari kesadaran.

          -Volker: Psychologie : buku yang berisi tentang "Higher mental process", yang bisa menyebabkan        manusia bisa bertingkah laku secara seragam dan teratur yang pada akhir teori ini berkembang            menjadi teori psikologi sosial.

    Beberapa mahasiswa Wundt:
    -Emil Kraeplin (Jerman, 1878)
    -Hugo Munsterberg (Jerman, 1885)
    -James McKeen Cattel (AS, 1886)
    -Oswald Kulpe (Jerman, 1887)
    -Frank Angell (AS, 1891)
    -Edward B. Titchener (Inggris, 1892)
    -Federico Klesow (Jerman-Italia, 1894)

    Edward Bradford Titchener (1867-1927)

    Ia adalah murid Wundt, yang diserahkan tanggung jawab terhadap laboratorium psikologi yang masih baru di Universitas Cornell, Amerika Serikat. Selanjutnya Edward Titchener memperluaskan pandangan Wilhel Wundt dan kemudian menjadi pemimpin satu gerakan yang disebut Struktuarilisme. Saran-saran dari Edward Titchener; Psikolog seharusnya mempelajari kesadaran manusia, terutama aspek penginderaannya. dan Psikolog seharusnya menganalisis proses mental ke dalam elemen-elemen sedemikian rupa, sehingga dapat menemukan kombinasi-kombinasinya serta hubungan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian akan dapat diketahui dimana letak struktur saling berhubungan dalam sistem syaraf.

    Hermann Ebbinghaus (1850-1909)

    Ia adalah seorang profesor. Merupakan salah satu pelopor serta pendiri Psikologi Eksperimen. Hermann Ebbinghaus merupakan orang yang pertama kali melakukan penilitian eksperimental tentang proses belajar dan ingatan (memory). Dari eksperimennya, Hermann Ebbinghaus membuat kurve ingatan yang juga dikenal sebagai Kurve Retensi dari Ebbinghaus. Hukum Ebbinghaus menurutnya ialah "Makin banyak hal yang harus dipelajari, makin banyak pula waktu yang diperlukan untuk mempelajari secara sebanding" Proses mengingat dan proses lupa terjadi secara otomatis (dengan sendirinya) dan mekanistis. Hermann Ebbinghaus dikenal sebagai salah satu pelopor Psikologi Eksperimen, seperti Wilhelm Wundt dan juga memberikan sumbangan kepada psikologi dalam Psiko-Fisik, ingatan dan persepsi visual. Hermann Ebbinghaus mengatakan bahwa, persepsi menimbulkan jejak-jejak tertentu pada otak seperti lensa kamera.


    George Elliah Muller (1850-1934)

    George Muller mengembangkan karya Ebbinghaus tentang ingatan. Ia mengemukakan The Right Associative Procedure (prosedur asosiatif yang benar) yaitu proses mengingat dan lupa tidak semata-mata mekanistis dan otomatis, tetapi ada unsur aktifitas dari individu yang bersangkutan. Menurut George Muller proses mengingat adalah aktif karena ada unsur Asosiasi. Hal-hal yang diasosiasikan akan lebih mudah diingat. Proses lupa juga aktif. Terdapat unsur "Hambatan Retroaktif" - Rangsang yang datang kemudian akan menghambat ingatan terhadap hal yang ada lebih dahulu. George Muller menggunakan data obyektif dan hasil intropeksi sebagai bahan studinya.

    Oswald Kulpe (1862-1915)

    Oswald Kulpe awalnya adalah seorang sejarawan, kemudian tertarik pada Psikologi setelah belajar pada Wilhelm Wundt dan George Muller. Oswald Kulpe meletakkan dasar-dasar studi tentang proses berfikir. Bahwa proses berfikir yang tinggi tidak terkait pada penginderaan. Proses berfikir lebih tinggi (Higher mental process) ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi yaitu; bahasa, mitos, kebiasaan (custom), dan budaya. Ia berpendapat bahwa pikiran tidak terikat pada penginderaan, maka orang sering tidak menyadari apa yang terjadi selama berpikir dan orang tersebut tidak dapat menceritakan kembali tahap-tahap proses berpikir dalam dirinya.







    Minggu, 02 Oktober 2016

    Zaman Renaisans


    Francis Bacon (1561-1626)

    Di tengah-tengah lahirnya kembalinya kebudayaan Eropa abad ke 14, Francis Bacon muncul dengan konsep-konsep penting bagi psikologi yaitu ia menolak pandangan rasionalistisyang menganggap bahwa rasiolah yang penting dalam ilmu pengetahuan. Sebaliknya ia juga menolak anggapan Aristoteles bahwa materilah yang penting dan dalam ilmu pengetahuan. Sebaliknya ia juga menolak anggapan Aristoteles bahwa meterilah yang penting dan bahwa dalam tiap materi sudah terdapat potensi yang tak dapat diubah lagi. sehingga tiap materi mempunyai kebenarannya sendiri. Ia mengemukakan metode induktif dalam ilmu pengetahuan, yaitu suatu metode untuk mencari kebenaran yang umum dengan mempelajari beberapa hal atau sejumlah hal yang khusus. Hanya dengan metode induktif inilah ilmu pengetahuan dapat mencapai kebenaran objektif, sedangkan selama 25 abad sebelumnya para sarjana menurut Bacon hanya berspekulasi saja dalam ilmu sehingga steril, tidak dapat memperoleh kemajuan dalam pengetahuan yang berarti. Bukunya Novum Organum Scientiarum (1620) merupakan pernyataan kebebasan kaum empiris dari kungkungan metode yang rasionalitas. Untuk itu ia mengingatkan bahwa agar seorang sarjana dapat dikatakan sebagai empiris sejati dan sebelum ia dapat menggunakan metode induktif. Ia harus membebaskan diri terlebih dahulu dari beberapa macam prasangka atau idola.

    Ada empat idola yang harus dihindari menurut Bacon Yaitu;
    1) Idola Tribus; yaitu idola yang terdapat pada suatu suku bangsa (tribe). Idola ini dapat menimbulkan kepercayaan bahwa sukunya sendirilah yang benar atau nenek moyang atau orang tua sendirilah yang benar.
    2) Idola Fori; yaitu idola yang timbul di pasar, sebagai akibat pergaulan dengan orang banyak di mana istilah dan konsep tidak di definisikan dengan cermat dan tepat.
    3) Idola Specus; yaitu idola yang timbul karena adanya dorongan dalam diri sendiri untuk mengamati sesuatu secara keliru, kecenderungan subjektivisme, sehingga mengakibatkan terjadinya kesimpulan dan penalaran yang salah mengenai sesuatu.
    4) Idola Theatri; yaitu idola yang disebabkan oleh metode yang tidak digunakan dala ilmu pengetahuan atau yang digunakan oleh ahli filsafat yang kurang dapat dipercaya, sehingga dapat menyebabkan timbulnya pandangan yang keliru mengenai sesuatu.


    Rene Descartes (1596-1650)

    Rene Descartes merupakan seorang ahli matematika, ahli ilmu faal dan ahli filsafat yang mempunyai perhatian besar terhadap gejala kejiwaan. Konsepnya tentang psikologi adalah ilmu yang mempelajari kesadaran. Jadi kesadaran adalah aliran psikologi mementingkan kesadaran disebut sebagai Psikologi Cartian.Tokoh yang cukup penting dalam sejarah psikologi ini menerangkan tingkah laku hewan dalam prinsip mekanistis. Ia mengemukakan konsep "reflex arc" untuk menerangkan semua tingkah laku pada hewan dan sebagian besar tingkah laku pada manusia. Dikatakannya bahwa hewan dan sering kali juga manusia bereaksi terhadap rangsangan yang datang dari lingkungannya atas dasar prinsip refleks. Suatu rangsangan yang datang dari lingkungan diterima oleh alat indera dan disalurkan melalui saluran syaraf tertentu ke otak dan otak mengolah impuls yang masuk itu untuk kemudian memberi instuksi kepada otot anggota tubuh melalui saluran-saluran syaraf pula, agar anggota tubuh gerakan-gerakan yang sudah ditentukan.
    Pada awal abad ke 20, di Amerika Serikat ada seorang serjana J.B. Watson yang menganut konsep "reflex arc" ini sepenuhnya pada manusia, yaitu ia percaya bahwa tingkah laku manusia sebenarnya tidak lain dari jalinan refleks ini belaka. Tetapi Descartes sendiri pada masanya tidak berpikiran seekstrem itu, Ia justru berpendapat bahwa tingkah laku manusia berbeda dari tingkah laku hewan. Meskipun manusia dalam tingkah lakunya juga tunduk pada hukum-hukum mekanisme sampai taraf-taraf tertentu, manusia masih mempunyai kebebasan memilih inilah yang tidak ada pada hewan. Karena adanya kebebasan memilih inilah, maka manusia dapat melakukan sebuh laku yang mandiri, padahal hewan dalam tingkah lakunya selalu tergantung pada situasi atau rangsangan yang datang dari lingkungan. Dalam pemilihan yang dilakukan manusia. Demikian pendapat Descartes. Karena itu Descartes juga disebut penganut paham rasionalsme. Sebagai penganut rasionalisme yang terlalu yakin akan ajarannya, maka Descartes hanya yakin akan adanya dirinya sendiri, karena sau-satunya yang ia ketahui adalah pikirannya sendiri. Ia memang melihat benda-benda lain, orang lain, tetapi apakah mereka itu juga berpikir seperti dirinya sendiri? inilah yang tidak diketahui dengan pasti oleh Descartes. Dengan perkataan lain, ia meragukan semua hal di luar hal dirinya, maka Descartes disebut juga sebagai penganut faham skeptisme.


    Referensi: Sarlito W. Saswono berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh psikologi. Hal.15

    Masa Gereja; St. Agustinus & St. Thomas Aquinas

    St Agustinus 

    Menurut St. Agustinus. pengetahuan hanya datang dari Tuhan. Menurut St. Agustinus Tuhan adalah sumber segalanya. Kita melihat bahwa Tuhan ada di dalam manusia dan manusia ada di dalam Tuhan. Pengaruh gereja sangat besar dalam diri seorang St Agustinus. Ia merupakan filsuf dan teolog besar pada zamannya. Menurutnya jiwa merupakan sesuatu yang tidak berbentuk dan tidak memiliki dimensi fisik. Ia mengumpamakan jiwa manusia seperti prinsip trintas, yaitu jiwa kita merupakan satu unit yang tiak bisa dipisahkan. Jiwa kita diciptakan oleh Tuhan pada saat tubuh manusia diciptakan. Sehingga untuk mengetahui jiwa kita lebih mendalam. Kita harus melakukan intropeksi atau refleksi dalam diri kita sendiri. Sumbangan terbesar yang diberikan oleh St. Agustinus dalam perkembangan nanti. Kaum struktualisme menggunakan cara ini sebagai cari utama dalam menganalisis daerah kesadaran dalam diri seseorang melalui cara tersebut. Nantinya, cara intropeksi ini juga digunakan oleh kaum strukturalis, fungsionalis, gestalt, dan humanis dalam membantu mereka mencari jawaban atas masalah yang dihadapi. Contoh oleh kaum gestalt, menurut mereka melalui cara intropeksi ini dilakukan karena persepsi dan sensai tergantung pada pengalaman individu. 

    St. Thomas Aquinas

    St. Thomas Aquinas merupakan salah satu pujangga gereja yang memberikan sumbangan besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan gereja. Ia merupakan seorang teolog pada zamannya. Ia menggunakan De anima sebagai dasar kerangka berpikirnya dalam melihat psikologi dan menggunakan prinsip keagamaan yang ada di dalam diri St. Thomas Aquinas. pengaruh De anima yang sudah dipengaruhi oleh agama Kristen memiliki pengaruh besar di abad ke-20. Menurut St. Thomas Aquinas, apa yang disebut psyche dalam Aristoteles tidak lagi merupakan sebuah kesatuan, tetapi merupakan hal yang berbeda. Manusia menurut St. Thomas Aquinas memiliki dua buah bagian, yaitu roh dan badan. Roh memiliki dunia sendiri yaitu dunia roh dan badan memiliki dunia yang disebut dengan duniawi. Jiwa merupakan hal yang tidak terlihat dan juwa digunakan untuk memahami Tuhan sebagai sumber kehidupan dalam diri manusia dan hubungan antara manusia dan Tuhan dihubungkan dengan jiwa. St. Thomas Aquinas menggunakan dogma gereja katolik sebagai panduan untuk mengembangkan konsep psikologi yang dikembangkan oleh Aristoteles.


    Referensi: https://kuliahfilsafat.com/2014/01/20/filsafat-ilmu-dan-ilmu-psikologi/

    Yunani Kuno: Monoisme dan Dualisme

    Monoisme


    Monoisme merupakan aliran psikologi yang melihat bahwa dunia hanya memiliki satu kesatuan jiwa dan badan adalah satu subtansi manusia yang tidak dapat dipisahkan.

    Asal kata dan pengertian Mono secara historis berakar pada pengajaran filosofis Hellenik dari Pythagoras. Mono berasal dari kata Yunani yang berarti tunggal dan tidak berbagi.

    Monoisme sering dilihat sebagai terbagi tipe dasar diantaranya:
    1) Monoisme Substansial; yang percaya adanya satu substansi
    2) Monoisme Atribut; yang percaya bahwa walau hanya ada satu substansi, tapi ada banyak realita individual berbeda dalam kategori.
    3)Monoisme Absolut; yang percaya bahwa hanya ada satu substansi dan hanya satu realita. Monisme absolut, dengan demikian menjadi jenis ideal.

    Monoisme lebih jauh ditetapkan berdasarkan tiga jenis yaitu:
    1) Idealisme; fenomenalisme, atau monisme mentalistik yang menganggap hanya budi yang nyata.
    2) Monisme netral; yang beranggapan bahwa mental dan fisik dapat direduksi menjadi sejenis substansi atau energi ketiga
    3) Materialisme; yang percaya bahwa hanya materi yang nyata, dan mental dapat direduksi menjadi fisik.

    Filsuf masa lalu diantaranya;
    1) Thales (624-548 SM); bapak filsafat, jiwa = super natural, jadi tidak ada; yang ada natural phenomena = berasal dari air.
    2) Anaximander (611-546 SM); asal segala sesuatu = apeiron (the boundless, formless, immortal matter)
    3) Aniximenes (490-430 SM); segala sesuatu berasal dari udara.
    4) Empedocles (490-430 SM); 4 elemen dasar alam (bumi/tanah, udara, api, air) dan manusia (tulang/otot/usus, fungsi hidup, rasio, cairan tubuh)
    5) Hipocrates (460-375 SM); tipologi kepribadian dan cairan tubug; (1) sanguine-darah, (2) melankholik-sumsum hitam, (3) kholerik-sumsung kuning, (4) phlegmatik-lendir.

    Dualisme

    Dualisme merupakan aliran psikologi yang melihat bahwa antara jiwa dan badan adalah dua substansi yang berbeda tetapi bergerak beriringan dalam mempengaruhi manusia. Jiwa dan badan mempunyai caranya masing-masing dan bergerak beriringan dalam diri manusia.

    Socrates (450-399 SM); 
    Ia merupakan guru dari Plato. Socrates membahas politik, ekonomi, dan ilmu sosial lainnya, Socrates dapat dikatakan sebagai ilmuwan sosial yang pertama kali ada di dunia. Socrates tidak secara gamblang membahas ilmu psikologi, tetapi ada sejumlah argumen yang diberikan oleh Socrates dimana pada masa ia hidup, Socrates pernah tenatang psyche dan perkataan itu memiliku kemiripan dengan perkembangan ilmu psikologi modern. Socrates melihat bahwa psyche manusia. yang diartikan jiwa atau roh manusia akan meninggalkan tubuh pada saat manusia mati sebagai sebuah bayangan dan menuji pada Hades. salah satu dewa yang ada di dalam masa Yunani Kuno. Socrates tidak secara langsung berbicara ilmu psikologi, tetapi ada point pernyataan Socrates yaitu "know thyself". Hal ini belum digunakan dalam ilmu psikologi, sampai pada zaman pertengahan dimana St. Agustinus menggunakan istilah tersebut.

    Plato (427-374 SM);
    Plato merupakan seorang pengikut aliran dualism melihat bahwa ide merupakan bagian yang terpisah dari badan manusia. Seperti Socrates, Plato juga berbicara psyche atau jiwa. Tetapi psyche yang dimaksud oleh Plato adalah moral manusia, pikiran, dan perilaku manusia yang menjadi sumber dari berbagai perilaku. Plato percaya jika jiwa seseorang merupakan hal yang tidak terbatas dan abadi. Pada zaman ini dapat dilihat bahwa pemikiran para filsuf sangat konseptualis. Sehingga apa yang mereka pikirkan, itulah yang mereka anggap benar sehingga konsep tentang jiw atau psyche ini merupakan hal yang menurut kita prinitif pada saat ini.

    Aristoteles (324-322 SM);
    Aristoteles dapat dikaitkan sebagai 'the first real psychologist' karena caranya dalam menjelaskan isu psikologi dengan cara keilmuwan. Psiokologi adalam Aristoteles dapat ditemukan di dalam dua buah bukunya yaitu de Anima dan Parva Naturalia. Untuk mengetahui psikologi dalam Aristoteles. kita harus melihat pendapatnya tentang dunia metafisik. Aristoteles membagi hal ini kedalam dua bagian yaitu form dan matter Berbeda dengan ide plato, Aristoteles melihat hal ini merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Form tidak ada tanpa matter, begitu juga sebaliknya. Sehingga dalam hal ini kedua hal tersebut saling mempengaruhi dan berkaitan.

    Referensi: https://kuliahfilsafat.com/2014/01/20/filsafat-ilmu-dan-ilmu-psikologi/